Studi sebut wanita 40 persen berisiko alami depresi saat perimenopause

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa sekitar 40 persen wanita berisiko mengalami depresi saat memasuki masa perimenopause. Perimenopause adalah fase transisi sebelum menopause dimana tubuh wanita mulai mengalami perubahan hormonal dan gejala-gejala seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, hot flashes, serta perubahan suasana hati.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas California San Francisco ini melibatkan sekitar 1000 wanita yang sedang mengalami perimenopause. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar wanita mengalami gejala depresi yang berkaitan dengan perubahan hormonal selama masa ini.

Menurut Dr. Sarah Berga, seorang ahli endokrinologi dari American College of Obstetricians and Gynecologists, perubahan hormonal yang terjadi selama perimenopause dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan menyebabkan terjadinya depresi. Hal ini membuat pentingnya untuk mengenali dan mengatasi gejala depresi pada wanita yang sedang mengalami perimenopause.

Untuk mengatasi depresi pada perimenopause, para ahli menyarankan untuk mengombinasikan terapi farmakologi dengan terapi non-farmakologi seperti konseling psikologis, olahraga, dan pola makan yang sehat. Selain itu, penting juga bagi wanita yang mengalami gejala depresi untuk mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman serta berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk penanganan yang tepat.

Dengan meningkatnya kesadaran akan risiko depresi pada perimenopause, diharapkan wanita dapat lebih memperhatikan kesehatan mentalnya selama masa transisi ini. Selain itu, dukungan dari orang-orang terdekat serta penanganan yang tepat dari tenaga medis juga sangat penting untuk membantu wanita melewati masa perimenopause dengan lebih baik.